MENDIDIK, GAYA MENGAJAR, DAN GAYA BELAJAR
Disusun Oleh : Ideh dan Abung
Mendidik adalah sebuah proses yang membutuhkan waktu, namun bagi seorang guru hal itu tak seharusnya menjadikan stres. Mendidik bukan hanya memberikan ilmu dan menambah pengetahuan siswa saja, mendidik bukan hanya memenuhi isi kepala peserta didik yang dapat membuat pikiran dan tenaga peserta didik terkuras yang ujungnya menimbulkan stres. Oleh sebab itu, kita perlu punya konsep merdeka dalam mendidik dan belajar.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Ki Hadjar, Pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu kodrat alam dan zaman atau masyarakat (Dewantara II , 1994). Dengan demikian, pendidikan itu sifatnya hakiki bagi manusia sepanjang peradabannya seiring perubahan jaman dan berkaitan dengan usaha manusia untuk memerdekakan batin dan lahir sehingga manusia tidak tergantung kepada orang lain akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri.
Oleh karena itu, kemerdekaan menjadi isu kritis dalam Pendidikan karena menyangkut usaha untuk memerdekakan hidup lahir dan hidup batin manusia agar manusia lebih menyadari kewajiban dan haknya sebagai bagian dari masyarakat sehingga tidak tergantung kepada orang lain dan bisa bersandar atas kekuatan sendiri. Namun, disisi yang lain, kemerdekaan itu bersifat tiga macam yaitu: [1] berdiri sendiri, [2] tidak tergantung kepada orang lain, [3] dan dapat mengatur dirinya sendiri. Dengan demikian, kemerdekaan itu berarti manusia sebagai mahkluk individu dan sekaligus sosial dapat mengatur ketertiban hidupnya dalam berhubungan dengan kemerdekaan orang lain ( Dewantara I, 2004).
Sedangkan dalam Kurikulum Merdeka tahun 2022 (KM 22) mewajibkan kita mengenali karakteristik peserta didik (siswa) agar mudah dalam pendampingan pembelajaran. Mengenal kecerdasan peserta didik dan modalitasnya, sehingga guru menyiapkan strategi, evaluasi, dan model pembelajaran agar sanggup menyentuh keunikan siswa secara personal.
Paul Suparno memberikan cara pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan setiap individu. Beberapa alur pembelajaran untuk menjangkau nurani keunikan siswa. 1) mengenal inteligensi ganda siswa. Perlu survei kecerdasan ganda siswa. Hal itu ditambah lagi dengan survei gaya belajar sebagai modalitas. 2) persiapan mengajar dengan memokuskan diri pada topik tertentu, siapkan pendekatan, strategi, dan taktik dalam menyampaikan materi. 3) Fokus pada strategi dengan pembelajaran menyentuh keunikan siswa.
Menurut Susilo (2006; 69 – 92) dalam bukunya “Sukses dengan Gaya Belajar”, mengatakan bahwa faktor-faktor internal meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan. Sedangkan, faktor-faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Ada banyak klasifikasi gaya belajar. Terdapat empat (4) kombinasi gaya belajar, yaitu 1) gaya diverger merupakan kombinasi antara perasaan (feeling) dan pengamatan (watching), 2) gaya assimillator, kombinasi dari berpikir (thinking) dan mengamati (watching), 3) gaya converger ialah gabungan antara berpikir (thinking) dan berbuat (doing), dan 4) gaya accomodator yaitu kombinasi antara perasaan (felling) dan tindakan (doing). Kita sebagai pembelajar harus sensitif dengan gaya belajar kita sendiri, sehingga sukses dalam kehidupan ini.
Pengelompokkan berikut dipengaruhi oleh temperamen, kebiasaan/habit, serta berkembang bersama waktu dan pengalaman, sehingga enam (6) gaya belajar, yaitu kolaboratif (berkelompok) – independen (mandiri atau sendiri), tactile (suka pada gambar, diagram, dan banyak praktik) – verbal (sebaliknya verbal yaitu membaca atau menulis), persepsi konkrit (berdasarkan pengalaman) – analisa abstrak (menggali sendiri), auditori (mendengarkan) – visual (membaca), terstruktur (membutuhkan petunjuk) – tak terstruktur (tak beraturan), dan sprinter (dalam tekanan) – maraton (memerlukan persiapan secara matang untuk belajar).
Dari sekian banyak pengelompokkan yang biasa digunakan adalah tiga (3) modalitas dalam belajar yaitu auditori (menonjol pendengaran), visual (menonjol penglihatan), kinestetik (menonjol gerak), biasanya lebih suka belajar di luar kelas dan belajar olahraga. Dalam membelajarkan keunikan siswa, guru perlu memertimbangkan modalitas tersebut agar setiap pribadi dibelajarkan di sekolah formal.